Sayalah cinderela, memang tidak memakai sepatu kaca namun kisah cinta saya berakhir secepat jam 12 menjelang bagi cinderela dan sayangnya sepatu kaca saya tidak berpengaruh apa apa saat saya tinggalkan.
Yang saya dapatkan hanya sekejap kebahagiaan setelah berdansa dengan sang pangeran lalu saya terhempas pada kenyataan bahwa saya bukan siapa siapa buat si pangeran.
Saya tetaplah upik abu...atau siapapun itu...
Sepatu kaca saya mungkin sudah terbuang entah dmana...
Seperti malam ini saya memandang sang pangeran dengan penuh harap sedang saya sendiri tidak tahu apakah pangeran itu mengerahui keberadaan saya.
Sedih? Nelangsa lebih tepat...
Saya pernah menemani pangeran berdansa dan saya dilupakan.
Mungkin saya tdk istimewa atau mungkin saya terlalu mudah dilupakan?
Atau mungkin ada pangeran lain?
Sungguh saya tidak peduli.
Saya mau pangeran itu tahu saya ada setidaknya mengingat saya pernah berdansa dengannya.
Apa yang saya lakukan?
Saya terduduk diam dengan gaun yang menurut saya indah, memandang pangeran berjalan melewati saya namun sedihnya tidak menyadari bahwa saya menunggunya menoleh untuk tersenyum pada saya.
Saya larut pada musik pesta, menelan air mata saya seiring dengan alkohol yang saya minum...toh rasanya sama.
Kadang cinderela harus lebih hati hati meninggalkan sepatu kacanya.
Cinderela patah hati
Me
No comments:
Post a Comment