Travelling

Travelling
me heart beach

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
Dreamer, such a extraordinary girl who loving live, fall often but still trying to be the best lover :) Lil bit crazy and cranky but u will regret if u don't like me :)

Saturday, August 21, 2010

Its all about my dad :(

Setiap anak harus berbakti pada orang tuanya. Aturan tersebut tidak tertulis namun mutlak. Tanpa orang tua jelas tidak mungkin kita bisa ada di dunia ini. Tapi bagaimana kalau orang tua yang menyebabkan kita hadir di dunia ini hanya berperan sampai di situ saja? Maksud saya, mereka tidak melakukan tugas mereka lainnya seperti bertanggung jawab untuk membesarkan, melindungi, memelihara. Hanya menyelesaikan tugas “Menghadirkan” saja.
Kata – kata saya mungkin terlalu sulit dimengerti.

Mama papa saya bercerai di saat saya masih kecil. Papa saya meninggalkan rumah dan menikah lagi dengan wanita lain. Dan Papa saya tidak meninggalkan harta benda apapun untuk kami. Papa tidak pernah muncul lagi semenjak itu meninggalkan mama saya yang hampir gila, saya yang masih teramat kecil dan adik saya yang bayi. Ini yang saya sebut dengan “Selesainya Tugas Menghadirkan Anak ke Dunia”.

20 tahun telah berlalu dari kejadian itu. 20 tahun yang penuh ketimpangan karena tidak hadirnya sosok seorang Papa. Mama saya sakit – sakitan diakibatkan kondisi trauma psikis plus emosional yang kacau balau dan adik laki laki saya mengalami masa labil yang teramat panjang karena ketidakhadiran sosok laki laki panutan di rumah. Saya sendiri? Menjadi wanita dengan pemikiran keras dan tidak menghargai sosok laki – laki sebagai pasangan hidup. Sebegitu buruknya kah kehidupan saya? Tentu tidak. Ketidakhadiran papa saya membuat saya jadi wanita yang lebih mandiri dan bertanggung jawab pada keluarga. Dan bisa dibilang di usia 26 saya mempunyai kehidupan yang cukup layak walaupun saya berasal dari keluarga berantakan.

Papa yang sudah puluhan tahun tidak hadir tiba tiba menghubungi saya 2 tahun lalu tepatnya Sept 08 saat alm suami saya berada di ICCU. Entah papa saya mendapat kabar dari mana tapi intinya beliau ingin menemani saya melewati masa sulit itu.
Sungguh, biarlah saya disebut tidak berbakti, namun saat itu saya tidak berharap dia hadir.
Selama ini lebih mudah untuk saya menganggap Papa saya meninggal, atau tidak ada.
Waktu sekolah SD dulu saat saya ditanya orang keberadaan Papa saya, saya menjawab enteng; Papa saya seorang astronot bertugas di bulan, dia tidak tahu bagaimana cara pulang.
Saya tidak marah, saya memang terluka, tapi saya menerima.
Saya tidak mengelak bahwa dia adalah Papa saya.
Saat ini Papa saya mengalami kebangkrutan parah, tidak bekerja padahal beliau punya 3 orang anak.
Papa menghubungi saya lebih sering dari biasanya akhir – akhir ini, untuk meminta bantuan dalam bentuk materi.
Setiap kali membaca SMS atau menerima teleponnya saya mengalami nyeri parah di lubuk hati saya.
Mendengarkan keluhan tentang kesulitan hidupnya membuat saya terdiam dan menitikkan air mata.
Tapi saya tetap bersikap dingin kepada Papa saya. Saya membantu sebisa saya namun saya juga tidak berniat mengakrabkan hubungan.

Papa saya telah membuat pilihan dalam hidupnya, dan bukan saya yang harus menanggung konsekuensinya apalagi menanggung ekonomi keluarga barunya.
Biarlah saya dikutuk dan dicap sebagai anak durhaka tapi cuma saya dan Tuhan yang tahu bahwa tiap malam saya mengucap namanya dalam doa. Dan bagaimana saya selalu bermimpi untuk berada dalam pelukannya.................sebagai puteri ciliknya.

hepinezt.
Tidak ada orang tua yang sempurna tapi anak selalu menganggapnya sempurna.

Cinderella patah hati :)

Sayalah cinderela, memang tidak memakai sepatu kaca namun kisah cinta saya berakhir secepat jam 12 menjelang bagi cinderela dan sayangnya sepatu kaca saya tidak berpengaruh apa apa saat saya tinggalkan.
Yang saya dapatkan hanya sekejap kebahagiaan setelah berdansa dengan sang pangeran lalu saya terhempas pada kenyataan bahwa saya bukan siapa siapa buat si pangeran.

Saya tetaplah upik abu...atau siapapun itu...
Sepatu kaca saya mungkin sudah terbuang entah dmana...
Seperti malam ini saya memandang sang pangeran dengan penuh harap sedang saya sendiri tidak tahu apakah pangeran itu mengerahui keberadaan saya.


Sedih? Nelangsa lebih tepat...


Saya pernah menemani pangeran berdansa dan saya dilupakan.
Mungkin saya tdk istimewa atau mungkin saya terlalu mudah dilupakan?
Atau mungkin ada pangeran lain?
Sungguh saya tidak peduli.
Saya mau pangeran itu tahu saya ada setidaknya mengingat saya pernah berdansa dengannya.


Apa yang saya lakukan?
Saya terduduk diam dengan gaun yang menurut saya indah, memandang pangeran berjalan melewati saya namun sedihnya tidak menyadari bahwa saya menunggunya menoleh untuk tersenyum pada saya.
Saya larut pada musik pesta, menelan air mata saya seiring dengan alkohol yang saya minum...toh rasanya sama.
Kadang cinderela harus lebih hati hati meninggalkan sepatu kacanya.

Cinderela patah hati
Me

Me = Madness

Kata siapa cinta itu mudah?
Sex jauh lebih simple.
Seharusnya aku memahami hal itu.
Sudah berulang kali bukan aku merasakan cinta.
Kali ini bukan yang pertama.
Dan kemungkinan besar menjadi salah satu pengalaman terburuk.

Selama hampir dua tahun sendiri aku memang tidak memungkiri kalau aku kadang mencoba menggoda dan akhirnya tergoda dengan lawan jenis.
Tapi godaan itu bertahan hanya sebatas “aku tidak suka tidur sendirian”
Malam berganti? Bisa saja bukan dia lagi yang hadir.
Tapi itu tidak berlangsung setiap hari.
Ada juga ratusan malam yang kuhabiskan sendirian hanya berteman buku, kopi dan rokok.
Aku berusaha memisahkan perasaan dengan kebutuhan biologis.
Oleh karena itu aku jarang mengulang pertemuan karena dalam opiniku sekali sudah cukup dan dua kali terlalu banyak karena pasti akan dibumbui sebuah kata yang kubenci “Perasaan”

Berhasil dengan cara itu bertahun – tahun.
Aku membunuh kesepian dan mereka mendapat kenikmatan.
Cukup adil kan?
Toh mereka sebatas menghangatkan kulit dan daging namun selalu gagal menyentuh hati.
Mungkin aku yang membatasi atau mereka memang kurang berarti sehingga aku mengakhiri flirtin dan permainan tempat tidur itu dengan kalimat “Cukup sampai di sini.”

Bahkan tupai yang begitu pandai melompat bisa jatuh, apalagi aku yang tidak pernah belajar melompat?
Sekarang aku terjatuh.
Sakit? Mana ada jatuh yang tidak sakit?
Walau kali ini diawali dengan percakapan yang menyenangkan, cara memandang hidup yang sama, tertawa karena sebab yang hanya bisa kami mengerti berdua.
Proses awal yang agak terlalu mendalam untuk sebuah hubungan tempat tidur, sungguh.
2 minggu intense berhubungan baik melalui pekerjaan maupun telepon tidak penting akhirnya naluri seorang manusia di samping kebutuhan biologis muncul.
Aku terbiasa dengan keberadaannya, lebih parahnya aku nyaman.
Dan sungguh sebuah sebab yang fatal saat kami mencampurnya menjadi pencapaian kenikmatan yang tidak pernah aku duga sebelumnya.
Sedihnya peristiwa itu terjadi di peringatan hari hadirnya aku ke dunia tepat 26 tahun yang lalu.
Selesai sampai di situ?
Tentu saja tidak!
Aku yang selama ini hanya merasakan belaian di permukaan kulit, merasakan kehangatan di lubuk hati.
Salahkah? Siapa yang tahu?

Dia yang berkarakter dingin masih saja bersembunyi di balik karakternya.
Dan aku?
Meneruskan kebiasaan lama. Mencari teman tidur karena aku tidak suka tidur sendirian.
Semua beres?
Tidak!
Dia mulai bersikap posesif dan sulit kubaca motifnya.
Aku orang yang sangat ekspresif dan jujur kurang sensitive dalam menebak nebak apa mau orang itu sebenarnya.
Sedangkan dia berharap aku mampu membaca isi otaknya melalui sikap diamnya.
GILA!!!
Ya,dia membuatku gila!
Dia sanggup membuatku merasakan rindu.
Dia sanggup membuatku merasa khawatir.

Yang paling menjengkelkan adalah saat dia bisa memutar balikan semua fakta menjadi ‘salahku’.
Salahku karena masih menyangkal perasaan cintaku padanya.
Salahku karena aku masih pergi dengan lelaki lain sehingga dia tidak percaya aku mempunyai perasaan yang sama.

Dan malam ini aku mengaku, Ya Salahku!!
Salahku membiarkan dirinya masuk ke dalam kehidupanku yang selama ini cukup tenang.
Salahku masih mau memberi kesempatan padanya untuk memulai hubungan ini dengan baik.
Salahku memperbolehkan dia mengisi ruang hati tidak sekedar mampir dan pergi.
Salahku menerima semua alasan kenapa dia membatalkan janji dan masih saja memberinya kesempatan untuk kembali lagi.
Salahku karena malam ini mau pergi ke apartemennya seperti yang dia minta namun akhirnya dia tidak pulang dan parahnya aku tidak tahu dia ada di mana!!

Malam ini setelah emosi dan tangisku mereda aku mulai berpikir jernih.
Hampir satu bulan kebersamaan kami dan yang aku rasakan Exhausted!! Tired!!
Aku memang telah jatuh cinta.
Aku mengambil semua resiko yang bisa terjadi untuk kembali merasakan bahagia.
Seperti orang yang kehausan, aku terus menambah isi di gelas. Tidak peduli apa jenis airnya.
Sang pangeran tidak menunjukkan effort yang sama untuk mendapatkan sang putri.
Bukan pangeran berkuda putih yang menjemput sang putri tapi sang putri yang mencari pangeran yang ternyata sedang asyik memandikan kuda putih.
Getir? Pastinya padahal aku sudah berupaya menciptakan kiasan dengan imajinasi sederhana.

Bodoh? Jelas!
Tidak ada gunanya karier yang aku rintis 8 tahun belakangan.
Aku tetap berpikir bagai gadis desa bodoh yang haus dinikahi.
Kemana perginya Fun Fearless Independent female??
Pergi bergandengan tangan dengan rasa optimis dan kewaspadaan hati.


Tidak berhenti memaki diri sendiri.
Kembali pada pemikiran awal. Semua lelaki baik telah memiliki istri, sisanya adalah pecinta sesama jenis dan bajingan yang gemar menyakiti hati.
Bagaimana mungkin aku lupa pemikiran dasar itu?
Apa karena dia duda, cukup umur dan sederhana jadi tidak pantas dimasukkan dalam kategori – kategori tersebut?
Dan akhirnya aku menyerah dengan membuka lebar – lebar semua indera perasa dan hati membiarkan dirinya masuk bahkan sedikit berharap dia tidak akan pergi.


Nyatanya malam ini air mata marah dan kecewa mengalir deras di pipiku.
Ditambah rasa sesak di dada dan harga diri yang terluka, aku mau mengusirnya jauh – jauh dari kehidupanku!
Namun sebelumnya dia harus memberikan penjelasan yang masuk akal atau aku tidak akan segan merusak nama baiknya!

Kadang pria tidak menyadari apa saja yang sanggup dilakukan wanita saat mereka mulai melukainya!


Malam ini, aku kembali menutup pintu hati. Rapat.
Sentuh saja seluruh tubuhku tapi tidak hatiku.
Semakin mengerti kenapa banyak wanita memutuskan untuk hidup sendiri.
Pria bukan saja tidak mampu mengerti namun mereka memang tidak berarti!


Agnes