Travelling

Travelling
me heart beach

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
Dreamer, such a extraordinary girl who loving live, fall often but still trying to be the best lover :) Lil bit crazy and cranky but u will regret if u don't like me :)

Saturday, August 21, 2010

Me = Madness

Kata siapa cinta itu mudah?
Sex jauh lebih simple.
Seharusnya aku memahami hal itu.
Sudah berulang kali bukan aku merasakan cinta.
Kali ini bukan yang pertama.
Dan kemungkinan besar menjadi salah satu pengalaman terburuk.

Selama hampir dua tahun sendiri aku memang tidak memungkiri kalau aku kadang mencoba menggoda dan akhirnya tergoda dengan lawan jenis.
Tapi godaan itu bertahan hanya sebatas “aku tidak suka tidur sendirian”
Malam berganti? Bisa saja bukan dia lagi yang hadir.
Tapi itu tidak berlangsung setiap hari.
Ada juga ratusan malam yang kuhabiskan sendirian hanya berteman buku, kopi dan rokok.
Aku berusaha memisahkan perasaan dengan kebutuhan biologis.
Oleh karena itu aku jarang mengulang pertemuan karena dalam opiniku sekali sudah cukup dan dua kali terlalu banyak karena pasti akan dibumbui sebuah kata yang kubenci “Perasaan”

Berhasil dengan cara itu bertahun – tahun.
Aku membunuh kesepian dan mereka mendapat kenikmatan.
Cukup adil kan?
Toh mereka sebatas menghangatkan kulit dan daging namun selalu gagal menyentuh hati.
Mungkin aku yang membatasi atau mereka memang kurang berarti sehingga aku mengakhiri flirtin dan permainan tempat tidur itu dengan kalimat “Cukup sampai di sini.”

Bahkan tupai yang begitu pandai melompat bisa jatuh, apalagi aku yang tidak pernah belajar melompat?
Sekarang aku terjatuh.
Sakit? Mana ada jatuh yang tidak sakit?
Walau kali ini diawali dengan percakapan yang menyenangkan, cara memandang hidup yang sama, tertawa karena sebab yang hanya bisa kami mengerti berdua.
Proses awal yang agak terlalu mendalam untuk sebuah hubungan tempat tidur, sungguh.
2 minggu intense berhubungan baik melalui pekerjaan maupun telepon tidak penting akhirnya naluri seorang manusia di samping kebutuhan biologis muncul.
Aku terbiasa dengan keberadaannya, lebih parahnya aku nyaman.
Dan sungguh sebuah sebab yang fatal saat kami mencampurnya menjadi pencapaian kenikmatan yang tidak pernah aku duga sebelumnya.
Sedihnya peristiwa itu terjadi di peringatan hari hadirnya aku ke dunia tepat 26 tahun yang lalu.
Selesai sampai di situ?
Tentu saja tidak!
Aku yang selama ini hanya merasakan belaian di permukaan kulit, merasakan kehangatan di lubuk hati.
Salahkah? Siapa yang tahu?

Dia yang berkarakter dingin masih saja bersembunyi di balik karakternya.
Dan aku?
Meneruskan kebiasaan lama. Mencari teman tidur karena aku tidak suka tidur sendirian.
Semua beres?
Tidak!
Dia mulai bersikap posesif dan sulit kubaca motifnya.
Aku orang yang sangat ekspresif dan jujur kurang sensitive dalam menebak nebak apa mau orang itu sebenarnya.
Sedangkan dia berharap aku mampu membaca isi otaknya melalui sikap diamnya.
GILA!!!
Ya,dia membuatku gila!
Dia sanggup membuatku merasakan rindu.
Dia sanggup membuatku merasa khawatir.

Yang paling menjengkelkan adalah saat dia bisa memutar balikan semua fakta menjadi ‘salahku’.
Salahku karena masih menyangkal perasaan cintaku padanya.
Salahku karena aku masih pergi dengan lelaki lain sehingga dia tidak percaya aku mempunyai perasaan yang sama.

Dan malam ini aku mengaku, Ya Salahku!!
Salahku membiarkan dirinya masuk ke dalam kehidupanku yang selama ini cukup tenang.
Salahku masih mau memberi kesempatan padanya untuk memulai hubungan ini dengan baik.
Salahku memperbolehkan dia mengisi ruang hati tidak sekedar mampir dan pergi.
Salahku menerima semua alasan kenapa dia membatalkan janji dan masih saja memberinya kesempatan untuk kembali lagi.
Salahku karena malam ini mau pergi ke apartemennya seperti yang dia minta namun akhirnya dia tidak pulang dan parahnya aku tidak tahu dia ada di mana!!

Malam ini setelah emosi dan tangisku mereda aku mulai berpikir jernih.
Hampir satu bulan kebersamaan kami dan yang aku rasakan Exhausted!! Tired!!
Aku memang telah jatuh cinta.
Aku mengambil semua resiko yang bisa terjadi untuk kembali merasakan bahagia.
Seperti orang yang kehausan, aku terus menambah isi di gelas. Tidak peduli apa jenis airnya.
Sang pangeran tidak menunjukkan effort yang sama untuk mendapatkan sang putri.
Bukan pangeran berkuda putih yang menjemput sang putri tapi sang putri yang mencari pangeran yang ternyata sedang asyik memandikan kuda putih.
Getir? Pastinya padahal aku sudah berupaya menciptakan kiasan dengan imajinasi sederhana.

Bodoh? Jelas!
Tidak ada gunanya karier yang aku rintis 8 tahun belakangan.
Aku tetap berpikir bagai gadis desa bodoh yang haus dinikahi.
Kemana perginya Fun Fearless Independent female??
Pergi bergandengan tangan dengan rasa optimis dan kewaspadaan hati.


Tidak berhenti memaki diri sendiri.
Kembali pada pemikiran awal. Semua lelaki baik telah memiliki istri, sisanya adalah pecinta sesama jenis dan bajingan yang gemar menyakiti hati.
Bagaimana mungkin aku lupa pemikiran dasar itu?
Apa karena dia duda, cukup umur dan sederhana jadi tidak pantas dimasukkan dalam kategori – kategori tersebut?
Dan akhirnya aku menyerah dengan membuka lebar – lebar semua indera perasa dan hati membiarkan dirinya masuk bahkan sedikit berharap dia tidak akan pergi.


Nyatanya malam ini air mata marah dan kecewa mengalir deras di pipiku.
Ditambah rasa sesak di dada dan harga diri yang terluka, aku mau mengusirnya jauh – jauh dari kehidupanku!
Namun sebelumnya dia harus memberikan penjelasan yang masuk akal atau aku tidak akan segan merusak nama baiknya!

Kadang pria tidak menyadari apa saja yang sanggup dilakukan wanita saat mereka mulai melukainya!


Malam ini, aku kembali menutup pintu hati. Rapat.
Sentuh saja seluruh tubuhku tapi tidak hatiku.
Semakin mengerti kenapa banyak wanita memutuskan untuk hidup sendiri.
Pria bukan saja tidak mampu mengerti namun mereka memang tidak berarti!


Agnes

No comments:

Post a Comment